Legenda Muhammad Ali
Berita Sepakbola - Untuk menjadi seorang legenda tidak harus bergelimang harta atau kekuasaan, menjadi seorang legenda membutuhkan komitmen dan integritas. Salah satu legenda yang memiliki self determination luar biasa adalah juara dunia tinju kelas berat sebanyak 3 kali, Muhammad Ali.
Muhammad Ali dilahirkan dengan nama Cassius Marcellius Clay, Jr. pada tanggal 17 Januari 1942 di Louisville, Amerika. Lahir dari keluarga menengah yang sederhana dan rumah berdinding papan, Ali mulai bertinju saat berusia 12 tahun dengan pelatih pertamanya seorang kulit hitam bernama Fred Stoner yang mengajarkan cara bertinju dengan gerakan seperti menari.
Setelah memenangkan medali emas Olimpik pada usia 18 tahun, Ali menandatangani kontrak dengan pembagian keuntungan sama besar yang merupakan awal mula profesionalisme dalam tinju. Sejak kemunculannya dalam dunia tinju profesional, Ali dikenal karena kecepatannya, kemauan yang keras, orisinalitas dan kejenakaannya. Dalam bulan berikutnya, Ali memenangkan pertarungan melawan Sonny Liston dan menjadi juara dunia tinju kelas berat. Saat itulah kalimat “Float like a butterfly, sting like a bee” menjadi terkenal. Saat berusia 22 tahun, Ali menyadari bahwa dirinya memiliki kemampuan lebih dari seorang petinju hebat karena memiliki kemampuan bisnis, politik dan keinginan untuk berbuat mulia bagi sesamanya.
Ali bertemu dengan aktivis kemanusiaan Malcolm X saat berusia 21 tahun di Miami dan memutuskan untuk menjadi seorang muslim dengan nama Muhammad Ali. Keteguhannya sebagai seorang muslim dalam membela kebenaran dan rasa kasih sayangnya terhadap kehidupan menyebabkan Muhammad Ali menolak pergi ke Vietnam pada tahun 1966 karena tidak setuju dengan tindakan kekerasan perang. Tindakannya menyebabkan Ali dilarang bertanding dan harus kehilangan gelar juara dunianya pada bulan Mei 1967, beberapa menit setelah mengumumkan penolakannya ke Vietnam.
Gelar juara dunia menjadi milik Ali kembali pada tahun 1970 setelah mengalahkan Jerry Quarry di Atlanta. Kemenangan tersebut menjadi simbol kebebasannya dan Ali mendapatkan lagi reputasi profesionalnya. Setelah sempat mengalami kekalahan dari Jo Frazier, Ali mendapatkan gelar juara dunia kelas berat kembali setelah mengalahkan George Foreman pada tahun 1974. Ali kemudian mempertahankan gelarnya dengan mengalahkan Joe Frazier dalam ke dua pertandingan berikutnya. Sebagai refleksi 15 tahun perjalanan tinjunya, Ali menjadi salah satu penulis biografinya yang berjudul The Greatest – My Own Story pada tahun 1975.
Ali menghabiskan sisa hidupnya dengan sederhana di Berrien Springs. Walaupun harus bertahan dari penyakit Parkinson yang dideritanya, Ali tetap seorang yang sangat peduli terhadap kemanusiaan dengan aktif di dalam Yayasan Muhammad Ali. Kerendahan hati Muhammad Ali tercermin dari sikapnya yang menerima penyakitnya bukan sebagai suatu musibah melainkan untuk mendorong dia menjadi manusia yang lebih baik dan lebih mencurahkan waktu untuk memperhatikan sesamanya. Terlepas dari segala keberhasilan dan ketangguhannya, Ali menyatakan bahwa keluarga merupakan hal yang utama dan secara jujur mengakui menyesal merasa tidak memberikan waktu yang cukup bagi anak-anaknya karena aktivitas bertinjunya.
Perjalanan hidup seorang Muhammad Ali mengajarkan dan menjadi contoh bagaimana seseorang harus menghayati kehidupannya baik dari segi batiniah maupun jasmaniah, mempunyai tujuan hidup yang jelas serta berusaha keras untuk mewujudkannya, from nothing to something. Salah satu prinsip Muhammad Ali yang terkenal adalah “Don’t count the days, make the days count“ atau saduran bebasnya berarti “Jangan hanya menjadi penonton tetapi jadilah trendsetter.”
Kita bisa menjadi trendsetter di mana saja, kapanpun, sesuai kapasitas kita. Jangan merasa kecil dengan diri kita sendiri ataupun pekerjaan kita. Seorang bapak bisa menjadi trendsetter keluarganya, seorang ibu bisa menjadi trendsetter anak-anaknya, seorang guru bisa menjadi trendsetter murid-muridnya. Jadikan hari-hari kita bernilai dan jangan hanya sekadar lewat atau selalu mengeluh. Bila kita yakin dan selalu berusaha menjadi lebih baik dari hari ke hari maka orang-orang di sekitar kita juga akan berubah menjadi lebih baik. Setidaknya dengan berbuat baik, kita telah memberikan semangat positif dan kegembiraan bagi sesama kita. Kita akan terus hidup, menjadi “legenda” di dalam hati orang-orang yang pernah menerima kebaikan kita. Hal itu tidak membutuhkan kekayaan ataupun jabatan, tetapi hanya membutuhkan niat baik dan keteguhan untuk melaksanakannya.
Muhammad Ali menjalani kehidupannya sesuai dengan kata-katanya, “I hated every minute of training, but i said don”t quit.Suffer now and live the rest of your life as a champion“. Hal ini berarti “Tidak ada keberhasilan yang dapat dicapai tanpa perjuangan karena kehidupan adalah pertandingan yang sesungguhnya.” Kita tidak akan menjadi trendsetter atau legenda tanpa kerja keras. Apakah kita mau memperjuangkan kebenaran dan kebaikan dalam kehidupan kita? Muhammad Ali sudah membuktikannya dan menjadi pemenang, legenda dan trendsetter dalam pertandingan kehidupannya. Demikian pula dengan kita, kita juga bisa menjadi pemenang, legenda dan trendsetter dalam kehidupan kita dengan bekerja keras dan berbuat baik kepada sesama.
Muhammad Ali dilahirkan dengan nama Cassius Marcellius Clay, Jr. pada tanggal 17 Januari 1942 di Louisville, Amerika. Lahir dari keluarga menengah yang sederhana dan rumah berdinding papan, Ali mulai bertinju saat berusia 12 tahun dengan pelatih pertamanya seorang kulit hitam bernama Fred Stoner yang mengajarkan cara bertinju dengan gerakan seperti menari.
Setelah memenangkan medali emas Olimpik pada usia 18 tahun, Ali menandatangani kontrak dengan pembagian keuntungan sama besar yang merupakan awal mula profesionalisme dalam tinju. Sejak kemunculannya dalam dunia tinju profesional, Ali dikenal karena kecepatannya, kemauan yang keras, orisinalitas dan kejenakaannya. Dalam bulan berikutnya, Ali memenangkan pertarungan melawan Sonny Liston dan menjadi juara dunia tinju kelas berat. Saat itulah kalimat “Float like a butterfly, sting like a bee” menjadi terkenal. Saat berusia 22 tahun, Ali menyadari bahwa dirinya memiliki kemampuan lebih dari seorang petinju hebat karena memiliki kemampuan bisnis, politik dan keinginan untuk berbuat mulia bagi sesamanya.
Ali bertemu dengan aktivis kemanusiaan Malcolm X saat berusia 21 tahun di Miami dan memutuskan untuk menjadi seorang muslim dengan nama Muhammad Ali. Keteguhannya sebagai seorang muslim dalam membela kebenaran dan rasa kasih sayangnya terhadap kehidupan menyebabkan Muhammad Ali menolak pergi ke Vietnam pada tahun 1966 karena tidak setuju dengan tindakan kekerasan perang. Tindakannya menyebabkan Ali dilarang bertanding dan harus kehilangan gelar juara dunianya pada bulan Mei 1967, beberapa menit setelah mengumumkan penolakannya ke Vietnam.
Gelar juara dunia menjadi milik Ali kembali pada tahun 1970 setelah mengalahkan Jerry Quarry di Atlanta. Kemenangan tersebut menjadi simbol kebebasannya dan Ali mendapatkan lagi reputasi profesionalnya. Setelah sempat mengalami kekalahan dari Jo Frazier, Ali mendapatkan gelar juara dunia kelas berat kembali setelah mengalahkan George Foreman pada tahun 1974. Ali kemudian mempertahankan gelarnya dengan mengalahkan Joe Frazier dalam ke dua pertandingan berikutnya. Sebagai refleksi 15 tahun perjalanan tinjunya, Ali menjadi salah satu penulis biografinya yang berjudul The Greatest – My Own Story pada tahun 1975.
Ali menghabiskan sisa hidupnya dengan sederhana di Berrien Springs. Walaupun harus bertahan dari penyakit Parkinson yang dideritanya, Ali tetap seorang yang sangat peduli terhadap kemanusiaan dengan aktif di dalam Yayasan Muhammad Ali. Kerendahan hati Muhammad Ali tercermin dari sikapnya yang menerima penyakitnya bukan sebagai suatu musibah melainkan untuk mendorong dia menjadi manusia yang lebih baik dan lebih mencurahkan waktu untuk memperhatikan sesamanya. Terlepas dari segala keberhasilan dan ketangguhannya, Ali menyatakan bahwa keluarga merupakan hal yang utama dan secara jujur mengakui menyesal merasa tidak memberikan waktu yang cukup bagi anak-anaknya karena aktivitas bertinjunya.
Perjalanan hidup seorang Muhammad Ali mengajarkan dan menjadi contoh bagaimana seseorang harus menghayati kehidupannya baik dari segi batiniah maupun jasmaniah, mempunyai tujuan hidup yang jelas serta berusaha keras untuk mewujudkannya, from nothing to something. Salah satu prinsip Muhammad Ali yang terkenal adalah “Don’t count the days, make the days count“ atau saduran bebasnya berarti “Jangan hanya menjadi penonton tetapi jadilah trendsetter.”
Kita bisa menjadi trendsetter di mana saja, kapanpun, sesuai kapasitas kita. Jangan merasa kecil dengan diri kita sendiri ataupun pekerjaan kita. Seorang bapak bisa menjadi trendsetter keluarganya, seorang ibu bisa menjadi trendsetter anak-anaknya, seorang guru bisa menjadi trendsetter murid-muridnya. Jadikan hari-hari kita bernilai dan jangan hanya sekadar lewat atau selalu mengeluh. Bila kita yakin dan selalu berusaha menjadi lebih baik dari hari ke hari maka orang-orang di sekitar kita juga akan berubah menjadi lebih baik. Setidaknya dengan berbuat baik, kita telah memberikan semangat positif dan kegembiraan bagi sesama kita. Kita akan terus hidup, menjadi “legenda” di dalam hati orang-orang yang pernah menerima kebaikan kita. Hal itu tidak membutuhkan kekayaan ataupun jabatan, tetapi hanya membutuhkan niat baik dan keteguhan untuk melaksanakannya.
Muhammad Ali menjalani kehidupannya sesuai dengan kata-katanya, “I hated every minute of training, but i said don”t quit.Suffer now and live the rest of your life as a champion“. Hal ini berarti “Tidak ada keberhasilan yang dapat dicapai tanpa perjuangan karena kehidupan adalah pertandingan yang sesungguhnya.” Kita tidak akan menjadi trendsetter atau legenda tanpa kerja keras. Apakah kita mau memperjuangkan kebenaran dan kebaikan dalam kehidupan kita? Muhammad Ali sudah membuktikannya dan menjadi pemenang, legenda dan trendsetter dalam pertandingan kehidupannya. Demikian pula dengan kita, kita juga bisa menjadi pemenang, legenda dan trendsetter dalam kehidupan kita dengan bekerja keras dan berbuat baik kepada sesama.